Usai menamatkan Sekolah hukum di Batavia, tahun 1922 Iwa Kusuma
Sumantri berangkat ke Belanda untuk melanjutkan pendidikannya di
Universitas Leiden. Setahun kemudian ia diangkat menjadi ketua Indische
Vereeniging. Organisasi ini terkenal dengan prinsipnya 'Non Kooperasi
terhadap penjajah' dan salah satu organisasi nasionalis Asia yang paling awal menuntut kemerdekaan secepatnya tanpa syarat.
Organisasi ini kemudian berganti nama menjadi "Perhimpunan Indonesia" atau PI.
Tahun 1925, usai menamatkan studi, Iwa mendapat mandat pengurus PI yang
dipimpin Boedyarto dan Hatta untuk berangkat ke Rusia guna mempelajari
bagaimana merapatkan barisan secara internasional melawan penjajahan. Di
Rusia Iwa tinggal selama 1,5 tahun dan menikah dengan Anna Ivanova,
seorang perempuan setempat. Adik perempuan Anna Ivanova adalah isteri
dari tokoh komunis, Semaoen.
November 1927, Iwa Kusumasumantri
kembali ke tanah air. Setelah bekerja beberapa saat di Bandung, ia
diminta pamannya membuka kantor pengacara di Medan. Di kota ini Iwa
aktif dalam pergerakan dengan membuat surat kabar dan membela kaum buruh
dan tani yang tertindas.
Akibat dari aktivitas ini, pada 25 Juni
1930 Iwa dibuang ke Bandaneira selama 10 tahun dengan tuduhan "berupaya
menggulingkan kekuasaan yang sah".
Menjelang kedatangan bangsa
Jepang Iwa dibebaskan dan membuka kantor pengacara di Jakarta. Saat bung
Karno akan menyatakan kemerdekaan dengan kata 'Maklumat' ,Iwa
mengusulkan kata itu dengan "Proklamasi" yang kemudian dipakai.
Prinsip non kooperasi tetap dipegang teguh Iwa, sehingga usai proklamasi
ia mendukung Persatuan Perjuangan yang dipimpin Tan Malaka. Namun saat
Sukarno-Hatta membuat Testamen politik 1 Oktober 1945, Iwa adalah salah
seorang yang ditunjuk untuk melanjutkan kepemimpinan Nasional.
Pasca
kemerdekaan Iwa Kusumasumantri diangkat menjadi menteri sosial dan
perburuhan, menteri pertahanan, Anggota DPA dan rektor universitas
Padjadjaran.
Kepergiannya ke Moskow dan menikahi perempuan setempat,
kedekatannya dengan Tan Malaka dan partai Murba membuat pria kelahiran
Ciamis 30 Mei 1899 sering dikaitkan bahkan dicap sebagai tokoh komunis.
Atas tuduhan ini dengan lantang Presiden Sukarno membela "Iwa seorang
nasionalis-revolusioner!"
Iwa Kusumasumantri berpulang pada 27 September 1971 dan dimakamkan di TPU Karet.
Tiga puluh satu tahun kemudian ia diangkat sebagai Pahlawan Nasional
0 Comments